Tampilkan postingan dengan label gerakan tanah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gerakan tanah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Mei 2009

Sungai masa kecilku

Minggu yang lalu aku punya kesempatan libur 1 minggu dan mengunjungi kampung halamanku. Menyusuri kampung2 di lereng gunung Wilis dengan udara yang sejuk, serasa kembali ke masa kecilku dulu, tiap hari bermain di terasering sawah, berlarian main layangan lalu mandi di sungai yang jernih dengan batu-batu hitamnya yang besar.

Setelah mampir ke rumah orang tua lalu aku melihat-lihat sungai yang penuh kenangan tersebut. Jauh juga sih, sekitar 1 km dari rumah. Dulu jarak segitu tak terasa karena banyak temannya. Sepeda motor ku parkir di tepi jembatan lalu aku menuruni tebing menuju sungai.
Namun aku kecewa, karena bayanganku akan keindahan dan kejernihan sungai itu hilang sudah. Air yang dulu selalu mengalir jernih sekarang menjadi keruh dan kotor oleh plastik-plastik. Dulu kami sering ningkring diatas batu yang ukurannya sebesar truk ditengah sungai sambil sesekali memperhatikan udang-udang berlarian di balik batu. Sekarang batu-batu itu penuh lumut dan sampah yang tersangkut. Sedih rasanya melihat kenyataan berlalu hampir 20 tahun dan semuanya berubah. Bukan membaik tapi malah memburuk.

Akupun kembali naik ke jembatan dan berusaha melupakan kenangan indah itu. Setelah mengambil foto sekenannya akupun meluncur ketempat lain dimana aku pernah melalui masa kanak-kanakku, ya ke persawahan sambil menikmati indahnya gunung Wilis dari kejauhan.

Duduk diatas sepeda motor sambil merasakan hembusan angin, damaiiiii dan indaaah.

Namum ada rasa penasaran yang dulu sering terbersit dalam benakku saat mandi di sungai, mengapa batu-batu sebesar mobil itu bisa berada di sungai?, dari mana datangnya?Sekarang aku punya jawabannya.

Ada dua kemungkinan asal muasal batu-batu tersebut yaitu:

hasil dari aliran lahar letusan gunung Wilis, yang memang sesuai karakter aliran lahar bisa mengalir hingga puluhan kilometer menuruni lereng dan menuju hilir sungai. Itu artinya bahwa gunung Wilis entah tahun berapa merupakan gunung api aktif yang pernah meletus.

pada lereng gunung Wilis pernah terjadi longsoran skala besar dan material longsoran termasuk didalamnya batu-batu besar tersebut mengalir akibat jenuh oleh air hujan dan menjadi aliran debris.

Kedua kemungkinan di atas bisa diterima. Pada alternatif pertama, gunung Wilis memang dikategorikan sebagai tidur dan bukti adanya aktifitas magma masih terlihat seperti adanya sumber air panas, keluarnya gas panas dari dasar danau Ngebel (dilereng gunung Wilis) pada saat-saat tertentu yang membunuh ikan-ikan di dalamnya.
Artinya karena masih ada aktifitas magma aka ada kemungkinan entah kapan gunung Wilis bisa meletus lagi apabila aktifitas magma meningkat. Kondisi tersebut pernah terjadi pada gunung Pinatubo di Philipina.

Sedangkan alternatif kedua bila itu benar pasti longsor yang terjadi dalam skala amat besar sehingga material bisa mengalir hingga hampir 30 km dari gunung Wilis ke desaku dan di bawahnya.

Cuma dokumen maupun data peristiwa tersebut belum pernah saya ketahui dan ada atau tidak.
Lanjut baca ya.......

Selasa, 17 Maret 2009

Debris Flow

Setiap aliran yang mengangkut sedimen bisa dikatakan sebagai debris flow, baik itu sedimen tanah pada aliran sungai maupun material yang lebih kasar. Bahkan material akibat dari letusan gunung api, tanah longsor dan akibat fenomena alam lainnya yang bisa mengakibatkan pengaliran sedimen.

Debris flow merupakan campuran antara material padat berupa batu, pasir, kerikil dan kadang kala batang-batang pohon, bercampur air meluncur dengan kecepatan tinggi dan mempunyai daya rusak tinggi. (apabila berada pada lereng atau aliran yang curam dan merupakan akibat dari letusan gunung api atau longsor)
Lanjut baca ya.......

Jumat, 13 Maret 2009

Gerakan Tanah dan Longsoran

Gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau batuan penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.

Longsoran tanah adalah pergerakan massa tanah melalui suatu bidang luncur pada lereng baik berupa bidang miring atau lengkung.

(Skempton dan Hutchinson (1969), Chowdhury (1978), Varnes (1978))

Gerakan tanah dapat terjadi apabila ada faktor pemicu yang mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng sehingga gaya penahan lereng lebih kecil dari gaya penggerak lereng.

Faktor pengontrol kestabilan lereng adalah kemiringan lereng, pelapisan batuan, adanya patahan, retakan pada bidang lereng yang membentuk zona lemah lereng dan kondisi hidrologi (tata air) lereng.

Faktor pemicu terjadinya gerakan tanah yaitu:
  • Infiltrasi (resapan) air, mis : air hujan dan kolam/ saluran irigasi yang tdk kedap air.
  • Getaran, mis : gempabumi, ledakan atau getaran kendaraan berat pada lereng.
  • Pemanfaatan lahan pada lereng yg tdk tepat :
  • Pembebanan lereng yang berlebihan (mis : oleh rumah/ bangunan & pohon yang terlalu lebat).
  • Pemotongan lereng tanpa perhitungan
(Sumber: Bahan kuliah MPBA UGM)
Lanjut baca ya.......