Minggu, 05 April 2009

Selamat Datang di Mega Mall Bencana

Selama 5 hari sejak tanggal 31 Maret sampai 4 April 2009 saya dan teman sekelas di Magister Pengelolaan Bencana Alam UGM plus peserta dari luar mengikuti pelatihan tentang Standard Sistem Management Keadaan Darurat (SSMKD) dimana didalamnya terdapat Sistem Komando Pengendalian Lapangan (SKPL). Sebenarnya sistem ini awalnya adalah dilatihkan untuk personil Polri yang diadobsi dari sistem yang dipakai di Amerika. Lalu dijadikan standart management penanggulangan bencana internasional.

Instruktur dalam pelatihan ini adalah dua orang Amerika dari ICITAP (International Criminal Investigative Training Assistence Program) yang mantan FBI dan dari Polri. Dalam pelatihan disamping penjelasan berbagai modul juga ada beberapa simulasi dalam menghadapi bencana alam di Indonesia. Karena kapasitas kami yang kebanyakan dari PNS dinas Pekerjaan Umum jadi simulasi penanganan bencana diarahkan kepada peran utama PU dan kerja sama dengan polisi, PMK, dinas sosial, LSM dan unsur masyarakat yang lain.

Pada simulasi akhir kami merasakan bagaimana suasana yang dibangun dari simulasi begitu komplek dan dalam kepanikan seolah terjadi bencana betulan, kami dalam struktur organisasi Komando Pengendalian Lapangan (KPL) harus memutuskan strategi penyelamatan korban, evakuasi, keamanan daerah bencana, menyalurkan sumber daya berupa alat berat dll, bahan makanan, membentuk Pos Pangkalan, menghitung jumlah korban, memanage sirkulasi bantuan baik makanan dan medis, memberikan informasi ke publik sekaligus menampung perkembangan terakhir situasi bencana. Dalam tanggung jawab yang begitu besar, tuntutan keputusan dan strategi harus segera dilaksanakan sementara perkembangan kondisi bencana semakin memburuk.

Bisa saja ditengah kami melakukan langkah strategi A, ditengah jalan harus diganti dengan strategi B karena kondisi lapangan telah berubah. Sementara bantuan peralatan dan bahan obat-obatan belum datang karena jalan terputus akibat bencana. Beberapa personil mulai
frustasi tak tahu harus berbuat apa, sementara penyusup bisa saja berdatangan baik dari pihak tak berkepentingan, media maupun masyarakat yang hanya sekedar menonton karena bisa saja mereka menjadi bagian dari korban berikutnya.

Oke...ini hanya simulasi. Karena begitu semua peserta sudah tampak kacau maka simulasi dihentikan. Dan pada sesi berikutnya dilakukan tanya jawab tentang perasaan masing-masing personil selama simulasi. Jawabnya bervariasi, ada yang bingung, stress dan lain-lain.
Kami jadi berpikir, simulasi saja demikian rumit padahal kondisi sesungguhnya dilokasi bencana bisa sepuluh kali lebih komplek.

Dalam salah satu sesi pelatihan, instruktur menjelaskan bahwa di dunia ini yang memiliki resiko bencana alam paling besar adalah Asia, dikatakan sebagai mall nya bencana sedangkan Indonesia adalah mega mall nya bencana. Luar biasa.....!!!

Mengapa bisa begitu ekstrim sebagai mega mallnya bencana?
Dari mata kuliah yang kami ikuti dijelaskan bahwa kepulauan di Indonesia merupakan pertemuan dari tiga lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi yaitu lempeng Asia yang diam, lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dan lempeng Pasifik yang juga bergeser ke utara dan barat laut.

Dari pertemuan tersebut maka terjadi penunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Asia yaitu sepanjang pantai Samudera Hindia mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga Maluku. Dan dari penunjaman tersebut maka timbullah gesekan lempeng. Reaksi gesekan tersebut adalah terjadinya gempa tektonik dan pembentukan magma dibawah kerak bumi yang menimbulkan munculnya banyak gunung api disepanjang pulau-pulau tersebut.

Ya...begitulah, ini hanya sekelumit peristiwa global yang perlu kita sadari disamping masih banyak gejala-gejala alam lain yang sangat mungkin menimbulkan bencana, yaitu akibat ulah manusia yang selalu berbuat kerusakan dan tak pernah akur dengan alam.

Kalau gempa tektonik dan gunung meletus murni karena gejala alam maka akibat ulah manusia maka terjadilah longsor, banjir, kebakaran hutan, kebakaran perkampungan/pasar, pengeboman, keruntuhan gedung/bendungan dan masih banyak lagi.

Selama peristiwa-peristiwa diatas tidak menimbulkan korban jiwa dan kerugian material maka dianggap sebagai fenomena alam jika sebaliknya maka itulah bencana yang sesungguhnya.
#########

Keterangan gambar:
Gambar 1: para instruktur dan penerjemah pada sesi tanya jawab setelah simulasi akhir
Gambar 2: titik-titik gempa tektonik didunia, disitu terlihat lokasi gempa merupakan batas lempeng tektonik dan Indonesia berada di titik pertemuan tiga lempeng tektonik (sumber: Mac Graw-Hill Companies Inc - bahan kuliah MPBA)

1 komentar:

  1. makasih kirimannya, jadi jeri memikirkan masa depan negara ini

    BalasHapus

Komentar anda adalah semangat saya untuk menulis
Silahkan......